Selasa, 01 April 2008

Inilah Demokrasi Model ALA

Inilah Demokrasi ALA.

Kami dari Forum Pemuda Peduli Gayo, membentuk forum ini bertujuan untuk membagi informasi yang kami ketahui kepada khalayak, terutama sekali kepada orang-orang Gayo lain yang saat ini masih diam menyaksikan sepak terjang "para pejuang" ALA yang semakin hari kami lihat semakin berani dan semakin tidak menghargai kami sebagai PEMILIK SAH Tanoh Gayo.

Diamnya orang-orang Gayo yang punya akses ke informasi seperti kami, selama ini dimanfaatkan dengan baik oleh Iwan Gayo, DR Rahmat Salam dan kawan-kawan, dengan dukungan dana yang kuat mereka dengan leluasa menyebarkan propaganda palsu kepada Orang Tua dan saudara-saudara kami di Tanoh Gayo yang kebetulan dalam hal mendapatkan akses informasi nasib mereka tidak seberuntung kami.
Kekurang beruntungan orang tua dan saudara-saudara kami yang berdiam di Tanoh Gayo ini dieksploitasi habis-habisan oleh Iwan Gayo CS , berbagai informasi yang menyinggung sentimen kesukuan kami, mereka jejalkan habis-habisan, sementara itu informasi lain seperti kemungkinan Tanoh Gayo menjadi Lampung kedua seandainya propinsi ALA benar-benar terwujud sengaja mereka simpan dan sama sekali tidak mereka terangkan kepada orang tua dan saudara-saudara kami yang berdiam di Tanoh Gayo.
Sementara itu dialog terbuka dengan Pemuda-Pemudi Gayo yang melek informasi sangat dihindari oleh orang-orang pro pemekaran ini, baik itu dialog di forum dunia nyata maupun dialog di milis-milis, kami dari Forum Pemuda Peduli Gayo sangat mengerti dengan sikap yang mereka pilih ini, karena seperti juga kami merekapun TAHU PERSIS kalau argumen-argumen mereka tentang perlunya mendirikan sebuah propinsi baru SANGAT-SANGAT LEMAH.

Kekuatan kelompok pendukung ALA ini ada pada dukungan DANA dan KEKUASAAN POLITIK, bisa dimaklumi kalau mereka sangat kuat dalam kedua hal tersebut, penyebabnya adalah karena orang-orang yang berada di balik isu ALA inilah yang selama ini menjadi penguasa di Tanoh Gayo, baik sosial, ekonomi maupun politik.

Ada beberapa rekan yang mensinyalir kalau dana 'perjuangan' ALA ini sebagian diambil dari dana APBD, dan yang lebih seram lagi ada seorang rekan anggota milis yang mensinyalir kalau gerakan mereka ini juga didukung oleh Gerakan Evangelis Kristen Internasional yang berambisi menjadikan Takengon sebagai PUSAT KRISTENISASI di wilayah Aceh. Tapi khusus untuk dua isu terakhir kami dari Forum Pemuda Peduli Gayo sejauh ini baru bisa mengatakan kedua isu tersebut sebagai DISINYALIR karena setidaknya sampai saat ini organisasi kami yang masih sangat baru ini belum punya perangkat yang memadai untuk bisa membuktikan kebenaran kedua isu yang saya sebutkan di atas.

Sadar akan kekuatan mereka hanya dalam dua hal yang telah saya sebutkan tadi, maka isu-isu atau event-event yang dikedepankan oleh kelompok pendukung ALA ini dalam membangun basis untuk KLAIM mereka tentang pentingnya mendirikan propinsi ALA pun selalu berupa isu-isu dan event-event yang hanya bisa dibangun dengan kekuatan DANA dan KEKUASAAN POLITIK, atau dalam bahasa yang lebih lugas dalam membangun opini atas klaim mereka, orang-orang ALA ini hanya bisa mengandalkan isu-isu atau event-event yang bisa DIBELI dengan uang atau yang bisa disetir dengan ANCAMAN.

Beberapa isu sejenis ini misalnya, pendeklarasian secara sepihak pendirian propinsi ALA, parade massa di Musara Alun, mencegat menteri dan yang paling mutakhir Parade KEPALA DESA BERBLANGKON yang dipimpin oleh Iwan Gayo, menghadap anggota DPR-RI di Senayan untuk menuntut dibentuknya propinsi baru. Anda bisa memperhatikan sejak ide pemekaran ini mulai bergulir, basis-basis klaim yang dibangun oleh kelompok ini tidak pernah bergeser dari pola-pola seperti yang telah saya gambarkan.

Meskipun kadangkala, event sejenis inipun gagal mereka kelola dengan baik, seperti misalnya penggalangan tanda tangan mendukung ALA di Singkil yang GAGAL TOTAL, karena tidak dihiraukan oleh warga setempat.

Opini yang selalu ingin dibangun oleh kelompok ini dalam memaksakan Ide Pemekarannya adalah KAMI BANYAK karena itu KAMILAH YANG LEBIH BENAR.

Mereka selalu dengan lantang mengatakan kalau apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah keniscayaan dalam alam DEMOKRASI , jadi dalam kaca mata mereka, kami yang menolak ALA ini harus menurut apapun kata mereka, karena jumlah kami lebih sedikit. Ketika orang tua dan saudara-saudara kami yang berdiam di Tanoh Gayo yang berpikiran jujur, polos dan lugu yang hanya mampu melihat dipermukaan dalam menilai suatu persoalan lalu mereka dihadapkan pada argumen seperti ini, sudah jelas orang tua dan saudara-saudara kami yang berdiam di Tanoh Gayo secara polos membenarkan argumen mereka.

Tapi tentu saja argumen dangkal seperti ini langsung MENTAH jika dihadapkan pada orang Gayo yang punya akses lebih ke informasi seperti kami. Kami dengan mudah melihat kalau DEMOKRASI versi mereka ini adalah jenis demokrasi yang makna aslinya sudah mereka KORUPSI, demokrasi versi orang-orang ALA ini adalah demokrasi primitif, jenis demokrasi tingkatan paling rendah yang biasa diterapkan bangsa -bangsa purbakala semacam bangsa Viking atau Yunani Kuno. Padahal dalam alam pikiran modern di milenium ketiga ini apa yang selalu diteriakkan oleh orang-orang ALA sebagai DEMOKRASI ini di DUNIA MODERN sama sekali TIDAK PERNAH DIANGGAP sebagai demokrasi melainkan sebuah TIRANI MAYORITAS.

Sementara itu DEMOKRASI MODERN semacam demokrasi yang dilahirkan oleh revolusi Perancis dan revolusi Amerika sangat mereka hindari, karena demokrasi jenis ini dasarnya adalah filsafat Pencerahan (Aufklaerung) rasionalitas, REASON, RASIO atau AKAL.

Apalagi ketika mereka mengetahui kalau INTI dari demokrasi adalah KEBEBASAN BERPIKIR dan BERBICARA (freedom of thought and freedom of speech), dua hal yang sangat mereka hindari. Tentu saja mereka semakin alergi dengan jenis demokrasi yang diterapkan semua negara beradab di dunia modern sekarang ini.

Jadi alasan utama kenapa para pendukung ALA selalu memaksakan opini berdasarkan demokrasi tipe pertama seperti yang sudah saya jelaskan di atas, itu karena IWAN GAYO, DR. RAHMAT SALAM Dkk tahu persis kalau banyak hal yang mereka sembunyikan dari MASYARAKAT dan merekapun sangat sadar kalau kelompok mereka memang lemah dalam argumen-argumen yang berbasis RASIONALITAS. Inilah ALASAN UTAMA kenapa semua tawaran DIALOG TERBUKA dari kami selalu mati-matian mereka hindari.

Sadar akan kelemahan dalam hal RASIONALITAS ini pulalah yang membuat "para pejuang" ALA selalu berusaha keras menggiring opini masyarakat ke arah pentingnya arti KUANTITAS dalam sebuah DEMOKRASI. Setelah merasa berhasil menggiring opini masyarakat untuk menyetujui PREMIS PERTAMA tadi lalu merekapun mati-matian mempertahankan satu-satunya argumen andalan mereka yaitu KAMI LEBIH BANYAK jadi KAMILAH YANG PALING BERHAK MEWAKILI ASPIRASI ORANG GAYO.

Lebih jauh tentang jenis-jenis demokrasi ini silahkan baca referensi berikut.
Grecian Democracy vs. Modern Democracy based on The Enlightenment
http://www.blupete.com/Literature/Essays/BluePete/Democracy.htm
Wassalam

Forum Pemuda Peduli Gayo

Win Wan Nur
Ketua

Tidak ada komentar: