Selasa, 01 April 2008

Benarkah tak ada lagi Gayo Berkualitas?

Di Milis IASCF saya membaca sebuah respon menarik dari seorang saudara
saya yang menamakan diri Angku di Tiro, menganggapi tulisan saya
beliau berkomentar : saya pribadi salut dan tabek buat orang Gayo yang
sebelumnya nampaknya belum pernah saya kenal dimana di Kawasan Laut
Tawar itu tersimpan mutiara yang tidak kalah dibandingkan
kawasan-kawasan lainnya di Acheh - Sumatra.

Saya merasa pandangan beliau ini adalah representasi dari
saudara-saudara Aceh saya yang lain, untuk menjernihkan pandangan
beliau, kepada beliau saya jawab begini :

Kami tidak menyalahkan saudaraku yang belum pernah kenal dimana di
Kawasan Laut Tawar itu tersimpan mutiara yang tidak kalah dibandingkan
kawasan-kawasan lainnya di Acheh - Sumatra.

Saudaraku tidak kenal bukan berarti di kawasan kami itu tidak ada
tersimpan mutiara, sebaliknya GAYO yang sekarang masih tetap sama
seperti GAYO yang pernah saudara kenal dulu, jika Gayo diibaratkan
sebuah pabrik, maka Pabrik bernama Gayo ini pernah memproduksi banyak
produk berkualitas yang mengharumkan nama Tanah Aceh kita tercinta,
beberapa malah menjadi Produk Legendaris yang kualitas dan keharuman
namanya tetap diingat orang sampai sekarang.

Kalau sekarang saudaraku Angku Di Tiro tidak pernah lagi mendengar
adanya Produk berkualitas dari Pabrik bernama Gayo ini yang beredar di
pasaran, sebenarnya itu bukan dikarenakan Pabrik ini tidak lagi
memproduksi produk berkualitas , Pabrik bernama Gayo ini tetap
memproduksi banyak produk berkualitas tinggi yang sangat potensial
mengharumkan nama Aceh tercinta, sampai hari inipun banyak manusia
berkualitas yang dilahirkan rahim suku kecil kami ini.

Tiadanya GAYO berkualitas yang beredar di pasaran bukan karena
sekarang BUDAYA KAMI sudah berkurang KEMULIAANNYA, tidak saudaraku,
budaya kami tetap BUDAYA YANG MULIA, suku kecil kami ini tetap suku
kecil yang istimewa, disamping memang harus ada limbah seperti yang
telah saya uraikan, tapi mayoritas PRODUK keluaran BUDAYA kami ini
tetap adalah produk yang berkualitas sama tingginya dengan
produk-produk legendarisnya seperti TENGKU MERAH JOHANSYAH, INEN MAYAK
TERI, DATU BERU, AMAN DIMOT, PANG AKUB, PANG ALIM, ILYAS LEUBEE dan
sederet produk Gayo berkualitas lainnya.

Tapi kenapa saudaraku Angku Di Tiro tidak pernah lagi melihat
produk-produk Gayo berkualitas yang beredar di PASARAN?, itu bukanlah
kesalahan "PABRIK", tapi itu karena kebijakan BAGIAN SORTASI, Bagian
SORTASI inilah yang menentukan produk mana yang dilepas ke pasaran,
Bagian sortasi inilah yang memilih melepas LIMBAH kalaupun produk,
maka produk yang dilepas itu adalah PRODUK YANG TELAH TERKONTAMINASI
LIMBAH BERACUN, Mereka yang berada di jajaran managemant yang
bertanggung jawab di bidang PENYORTIRAN inilah yang menyimpan rapat
produk-produk GAYO berkualitas tinggi, sengaja disimpan sampai
berkarat, sampai busuk.

Karena itulah kenapa selama ini orang menyangka kalau Produk Budaya
Gayo, anak-anak keturunan PANG-PANG Perkasa yang keberaniannya
melegenda, hanyalah LIMBAH-LIMBAH tak berguna semacam Iwan Gayo,
Rahmat Salam, Sukur Kobat atau Tagore.

Sekarang ketika pengambil keputusan di bagian SORTASI telah berganti,
dan pasarpun mulai menuntut PRODUK BERKUALITAS TINGGI, pasar yang
mulai cerdas jelas menolak LIMBAH dan Produk yang terkontaminasi
LIMBAH BERACUN.

Perkembangan Pasar seperti inilah yang membuat LIMBAH GAYO dan PRODUK
GAYO yang TERCEMAR yang salama ini menguasai pasar panik. Maka mereka
buatlah berbagai manuver untuk mengecoh pasar, tapi apa boleh pasar
yang baru memang adalah pasar yang rasional, pasar yang tidak bisa
disetir dengan dogma, pasar yang baru dengan pelaku pasar yang cerdas
ini hanya mau menerima PRODUK GAYO BERKUALITAS TINGGI.

Inilah sebabnya saudaraku kenapa LIMBAH-LIMBAH GAYO tak berguna itu,
sampai sebegitu paniknya, mereka SADAR sesadar-sadarnya kalau LIMBAH
seperti mereka tidak akan mendapat tempat dalam PASAR BARU yang sangat
haus akan perubahan dan menuntut standar tinggi dalam hal KUALITAS
PRODUK ini. Karena kepanikan itulah LIMBAH-LIMBAH GAYO tak berguna ini
memanfaatkan saudara-saudara kita suku Jawa kelas pekerja yang
lugu-lugu, Saudara-saudara Jawa kita yang dalam struktur budaya Jawa
yang sangat HIRARKIS itu posisinya ada di lapisan sosial paling bawah
untuk dijadikan UMPAN BUAYA, saudara-saudara kita suku Jawa yang polos
ini diprovokasi lalu dimanfaatkan oleh LIMBAH-LIMBAH GAYO tak berguna
ini, untuk mengemis dengan mengenakan BLANGKON menghadap ke Jawa-jawa
priyayi Feodal di Jakarta sana. Jawa-jawa Priyayi Feodal itulah yang
berencana menjadikan TANOH GAYO menjadi LAMPUNG KEDUA.

Harapan para LIMBAH tak berguna ini, dengan memanfaatkan
saudara-saudara kita suku Jawa kelas pekerja yang lugu-lugu ini, kami
akan menyerang PION dan membiarkan MENTERI dan RAJA bebas melenggang.
Lalu setelah PION nya kami serang, mereka akan merengek-rengek dan
menangis menghiba-hiba lagi menghadap tuan besarnya, berlagak BAK
pahlawan kesiangan minta Jakarta mengirim Tentara ke Tanoh Gayo untuk
melindungi PION mereka.

Dasar LIMBAH memang hanya bisa berpikir seperti LIMBAH. Kami tidaklah
sebodoh Iwan Gayo, Rahmat Salam, Sukur Kobat atau Tagore, yang
menyangka kami akan terperangkap dalam strategi murahannya.

Dalam permainan ini, kami tidak pernah peduli dengan PION yang kami
kejar adalah RAJA, yang pertama akan kami hancurkan adalah Menteri dan
perwira-perwiranya.

Kamipun berharap kepada saudara-saudara kami di pesisir janganlah kita
terlalu menyalahkan saudara-saudara kita suku Jawa yang lugu itu,
karena merekapun hanya korban sama seperti kami, TUKIRAN tidak pernah
mengerti kalau keberadaannya di Gayo sekarang adalah disebabkan karena
moyangnya dulu, jawa-jawa kelas pekerja yang rajin tidak tahan dengan
penindasan yang dilakukan oleh Para Penguasa Jawa priyayi Feodal di
tanah Jawa sana, penguasa Priyayi feodal yang anak cucunya sekarang
menguasai parlemen Negara ini.

Saking tidak sanggup menahan penindasan Jawa-Jawa Feodal di tanah Jawa
sanalah maka nenek moyang TUKIRAN ini nekat melintasi laut sampai ke
TANOH MANAT NI MUYANG DATU KAMI, tapi memang, sama seperti kebanyakan
kita, TUKIRAN dan kawan-kawan inipun sudah asing dengan sejarah
dirinya, sejarah yang membuat mereka ada yang membuatnya menjadi
TUKIRAN seperti sekarang, sehingga dengan polosnya mereka mau
dibodoh-bodohi oleh Iwan Gayo CS untuk mengumpankan diri pada BUAYA
yang dulu justru dihindari oleh nenek moyang mereka.


Wassalam

Win Wan Nur
Ketua Forum Pemuda Peduli Gayo

Tidak ada komentar: